BERKAH News24 - Bupati Lumajang, Indah Amperawati, menuturkan sebuah kisah inspiratif dari seorang penjual ketan yang rutin menyisihkan Rp2.000 setiap hari untuk berinfak.
Dengan penuh ketulusan, infak tersebut diserahkan kepada Badan Amil Zakat Nasional (Baznas) Lumajang. Konsistensi pedagang ketan itu membuat banyak orang terharu, karena di tengah penghasilan pas-pasan, ia tetap disiplin dalam berbagi.
Bupati Indah menegaskan bahwa ketulusan tersebut jauh lebih berharga daripada nilai nominalnya.
“Ini bukan soal besar kecilnya uang, tetapi tentang keikhlasan dan konsistensi dalam berbagi. Infak seperti ini tidak ternilai harganya,” ujar Indah melalui keterangan persnya.
Menurutnya, peristiwa ini menjadi alarm moral sekaligus pengingat bahwa semangat gotong royong dan kepedulian sosial masih hidup di tengah masyarakat. Ia pun mengajak warga Lumajang meneladani sikap mulia sang penjual ketan.
“Kalau seorang penjual ketan bisa menyisihkan rezekinya secara rutin, maka tak ada alasan bagi kita untuk tidak melakukan hal yang sama,” tegasnya.
Wakil Ketua I Baznas Lumajang, Moh. Khoyum, menyampaikan bahwa infak kecil yang dilakukan secara konsisten justru menjadi fondasi kuat dalam menggerakkan program bantuan sosial.
“Infak kecil yang dilakukan dengan ikhlas dan berulang kali justru menjadi energi besar. Dari sinilah kami bisa membantu keluarga miskin, anak yatim, dan warga lanjut usia yang membutuhkan,” jelasnya.
Kisah ini membuktikan bahwa sektor UMKM bukan hanya penggerak ekonomi, tetapi juga pilar solidaritas sosial. Dari penghasilan harian, mereka mampu memberikan teladan tentang keikhlasan berbagi.
Menurut data Baznas RI, potensi zakat nasional mencapai ratusan triliun rupiah, namun baru sebagian kecil yang tergali. Jika semangat pedagang ketan ini ditiru jutaan masyarakat, dampaknya akan luar biasa dalam menekan angka kemiskinan dan kesenjangan sosial.
Fenomena ini juga bisa menjadi energi moral bagi gerakan sosial berbasis desa. Bayangkan jika setiap pedagang, petani, nelayan, hingga pegawai rutin menyisihkan sebagian penghasilannya, maka kas sosial daerah akan semakin kuat menopang kebutuhan masyarakat.
Kisah sederhana dari gerobak ketan di Tempeh Tengah ini mengingatkan bahwa pembangunan tidak hanya bertumpu pada APBD, tetapi juga bisa digerakkan melalui partisipasi masyarakat yang ikhlas.