BERKAH News24 - Kemajuan teknologi kecerdasan buatan (Artificial Intelligence/AI) tidak lagi menjadi isu masa depan, melainkan kenyataan hari ini. Menyadari urgensi literasi digital dan pemahaman etis terhadap AI.
Hal itu disampaikan oleh Kepala Dinas Komunikasi dan Informatika (Kominfo) Provinsi Jawa Timur, Sherlita Ratna Dewi Agustin pada Seminar dan Diskusi bertema “Literasi Digital & Artificial Intelligence (AI)”, Sabtu (10/5/2025), dalam rangka Rapat Koordinasi Wilayah (Rakorwil) Lembaga Ta’lif wan Nasyr (LTN) Nahdlatul Ulama (NU) Jawa Timur. Acara ini berlangsung di Gedung PWNU Jawa Timur, Surabaya.
Kepala Dinas Kominfo Jawa Timur, Sherlita Ratna Dewi Agustin, dalam presentasinya menekankan bahwa penguasaan literasi digital menjadi kebutuhan strategis dalam menghadapi tantangan zaman. Sherlita memaparkan bahwa sejak 2020, posisi Indonesia dalam World Digital Competitiveness Ranking telah naik signifikan sebanyak 13 peringkat, dari posisi ke-56 ke posisi 43 dunia.
“Ini bukti bahwa Indonesia memiliki potensi besar dalam transformasi digital. Tapi peningkatan daya saing digital harus dibarengi dengan kesadaran literasi yang kuat—terutama dalam menghadapi AI yang kian merasuk ke berbagai sektor kehidupan,” ujar Sherlita.
AI kini digunakan dalam layanan publik, industri, pendidikan, hingga sektor keagamaan. Salah satu contohnya adalah AiDeen, chatbot berbasis Al-Qur’an dan Hadis yang tersedia di aplikasi Muslim Pro. Teknologi ini dikembangkan untuk memberikan jawaban keagamaan dengan rujukan yang terpercaya. Namun, Sherlita mengingatkan, pemanfaatan AI juga menimbulkan tantangan serius seperti pelanggaran hak cipta, penyalahgunaan data, manipulasi visual, serta ancaman privasi.
“Literasi digital bukan hanya tentang kemampuan menggunakan gawai, tapi juga kemampuan memahami etika, berpikir kritis, dan menjaga keamanan data pribadi,” tegasnya.
Selain tantangan etis, AI juga diperkirakan akan mengubah peta dunia kerja. Beberapa pekerjaan berulang diprediksi akan tergeser pada tahun 2030, tetapi di saat yang sama, profesi baru berbasis teknologi akan bermunculan. Untuk itu, Dinas Kominfo Jatim meluncurkan program CERDIG (Cerdas Digital), sebuah inisiatif literasi digital yang inklusif. Program ini menyasar pelajar, mahasiswa, organisasi wanita, pemuda, serta penyandang disabilitas.
Program CERDIG bertujuan membekali masyarakat Jawa Timur dengan keterampilan digital, kemampuan menyaring informasi, serta kecakapan dalam menghadapi disrupsi digital—termasuk maraknya hoaks, disinformasi, kecanduan gawai, dan perlindungan anak di ruang maya.
Ketua LTN PWNU Jawa Timur, Helmy M. Noor, dalam sambutannya menyambut positif langkah Dinas Kominfo. Ia menyampaikan bahwa LTN sebagai lembaga yang bergerak dalam bidang penulisan, penerjemahan, dan penerbitan kitab-kitab klasik dan keislaman, siap bersinergi dalam memanfaatkan teknologi, termasuk AI, untuk kepentingan dakwah dan pelestarian khazanah keilmuan Islam.
“LTN merupakan penjaga warisan intelektual para ulama NU. Kami akan terus mengembangkan digitalisasi dan memanfaatkan AI untuk menerbitkan dan menyebarkan karya-karya ulama ke masyarakat luas. Ini bagian dari ikhtiar kami agar nilai-nilai Islam Ahlussunnah wal Jamaah dapat menjangkau generasi digital,” ungkap Helmy.
Acara ini menjadi ruang sinergi antara pemerintah dan organisasi keagamaan dalam merespons revolusi digital dengan pendekatan yang etis, inklusif, dan berbasis nilai. Diharapkan, kolaborasi seperti ini dapat mendorong masyarakat Jawa Timur menjadi subjek aktif dalam pembangunan digital, bukan sekadar konsumen teknologi, melainkan juga pelaku dan penjaga nilai.(Mad/hjr)