BERKAH News24 - Ratusan pelajar penyandang disabilitas, dari lembaga Sekolah Luar Biasa (SLB) SE Kabupaten Madiun, memperingati Hari Disabilitas Internasional (HDI), di Lapangan Jiwan Kabupaten Madiun, Rabu (3/12/2025).
Acara yang digelar berlangsung sederhana. Terlihat di panggung hanya ada satu buah speaker yang digunakan dalam acara tersebut. Para siswa penyandang disabilitas didampingi sejumlah guru pembimbing, terlihat duduk lesehan dengan alas seadanya. Selain menggunakan tikar, ada yang duduk hanya beralas spanduk bekas yang sudah tidak terpakai.
Meski begitu, para siswa ini terlihat antusias mengikuti acara yang dikemas dengan penampilan kesenian dari siswa siswi penyandang disabilitas.
“Acara ini bertujuan untuk memberikan wadah bagi anak penyandang disabilitas untuk berkreasi,” ujar Andy Wijayanto, Kepala Bidang Rehabilitasi Sosial, Dinas Sosial Kabupaten Madiun.
Penyayang disabilitas di Kabupaten Madiun saat ini berjumlah sekitar 5000 orang. Jumlah ini berdasarkan pendataan yang dilakukan oleh pilar sosial di Kabupaten Madiun.
“Pendataan yang dilakukan secara door to door melakukan verval,” lanjutnya.
Sedangkan untuk penyandang disabilitas di Kabupaten Madiun, meliputi penyandang disabilitas baik fisik maupun mental.
“Merata, semuanya ada, dan diwadahi dalam PPDM (Persatuan Penyundang Disabilitas Madiun)” tambahnya.
Kata Andy, memikirkannya telah menggandeng Dinas Tenaga Kerja, terkait dengan kesempatan kerja bagi penyandang disabilitas.
Kepala SLB Metesih Kecamatan Jiwan Kabupaten Madiun, Agustin Rina menjelaskan, kendala dalam pembelajaran bagi siswa penyandang disabilitas adalah kondisi anak dengan disabilitas yang berbeda-beda, sehingga memerlukan penanganan yang berbeda pada setiap siswa.
“Guru harus punya kompetensi yang lebih dalam manajemen kelas,” katanya.
Dikatakan, adanya stikma yang kurang baik terhadap disabilitas, membuat banyak penyandang disabilitas yang belum mendapatkan haknya untuk belajar. Sebab banyak masyarakat yang justru menutup diri jika ada anaknya yang menderita disabilitas.
“Bisa mungkin karna masyarakat itu malu jika ada yang tahu anaknya penyandang disabilitas, lalu tidak mau menyekolahkan anaknya ke SLB, malah ke sekolah umum,” jelasnya.
Metode pendekatan personal saat ini tengah diupayakan, agar masyarakat betul memahami memberikan hak bagi penyandang disabilitas.
“Kalau perlu nanti kita akan berkunjung langsung ke warga yang mungkin ada anak penyandang disabilitas, kita beri motivasi dan pemahaman,” tutupnya.(as/BN24)












