Ticker

10/recent/ticker-posts

Ad Code

Klik Disini

Ekspor Jawa Timur Naik 20,23 Persen pada Periode Januari–September 2025

BERKAH News24 - Badan Pusat Statistik Provinsi Jawa Timur (BPS Prov Jatim) menilai ekspor Jawa Timur periode Januari hingga September 2025 mencapai USD 22,91 miliar, meningkat 20,23 persen dibandingkan periode yang sama tahun 2024. Sebaliknya, nilai impor tercatat sebesar USD 21,58 miliar, mengalami penurunan 3,53 persen dibandingkan tahun sebelumnya.

Statistisi Ahli Madya BPS Provinsi Jawa Timur, Debora Sulistya Rini, mewakili Kepala BPS Jatim, Zulkipli menjelaskan bahwa kenaikan ekspor tersebut menunjukkan daya saing produk-produk Jawa Timur yang tetap kuat di tengah dinamika global. 

"Pertumbuhan ekspor yang signifikan ini menandakan sektor industri pengolahan dan pertanian kita masih mampu menopang kinerja perdagangan luar negeri. Sementara turunnya impor menunjukkan adanya efisiensi pada sektor produksi dalam negeri," ujarnya saat merilis berita resmi statistik.

Di sektor pariwisata, BPS Provinsi Jawa Timur mencatat adanya peningkatan aktivitas wisatawan. Kunjungan wisatawan mancanegara ke Jawa Timur pada September 2025 mencapai 32.664 kunjungan, naik 3,04 persen dibandingkan September 2024. Perjalanan wisatawan nusantara juga meningkat 9,25 persen, menjadi 16,88 juta perjalanan pada periode yang sama.

Namun demikian, tingkat penghunian kamar (TPK) hotel berbintang di Jawa Timur justru mengalami penurunan. TPK hotel bintang tercatat sebesar 48,37 persen, turun 8,05 poin dibandingkan tahun sebelumnya. Sebaliknya, hotel nonbintang menunjukkan sedikit perbaikan dengan TPK 21,73 persen, naik 0,36 poin dibandingkan September 2024.

"Peningkatan kunjungan wisatawan domestik menunjukkan geliat positif sektor pariwisata pascapandemi. Namun, penurunan tingkat hunian hotel bintang mengindikasikan adanya pergeseran preferensi wisatawan ke akomodasi nonbintang yang lebih ekonomis," ujar Debora.

Dari sisi Indeks Harga Konsumen (IHK), Jawa Timur mengalami inflasi sebesar 0,30 persen (month-to-month) pada Oktober 2025. Secara year-to-date (Januari–Oktober 2025) inflasi tercatat 1,98 persen, sedangkan secara year-on-year (Oktober 2024–Oktober 2025) mencapai 2,69 persen.

Debora menjelaskan bahwa inflasi di bulan Oktober relatif terkendali. "Kenaikan harga pada beberapa komoditas pangan strategis seperti telur ayam ras dan cabai merah menjadi pemicu utama inflasi, namun secara umum masih berada dalam kisaran yang wajar," ungkapnya.

Sementara itu, Nilai Tukar Petani (NTP) Jawa Timur pada Oktober 2025 tercatat 114,98, turun tipis 0,06 persen dibandingkan bulan sebelumnya. Indeks harga yang diterima petani (It) naik 0,18 persen, didorong oleh kenaikan harga jagung (3,27 persen), bawang merah (7,35 persen), dan telur ayam ras (5,23 persen). Sedangkan indeks harga yang dibayar petani (Ib) meningkat 0,24 persen, dengan penyumbang terbesar dari cabai merah (36,75 persen), telur ayam ras (5,74 persen), dan bawang merah (4,30 persen).

"Penurunan tipis NTP menunjukkan adanya tekanan dari biaya produksi yang meningkat, terutama karena harga beberapa bahan pangan dan kebutuhan rumah tangga petani ikut naik. Namun demikian, secara keseluruhan, posisi NTP di atas 100 menandakan daya beli petani masih cukup baik," kata Debora.

Untuk sektor pertanian, BPS Provinsi Jawa Timur mencatat luas panen padi tahun 2025 (angka sementara hasil KSA amatan September 2025) mencapai 1,84 juta hektare, naik 0,22 juta hektare dibandingkan tahun sebelumnya. Total produksi padi juga meningkat signifikan sebesar 13,60 persen, atau bertambah 1,26 juta ton menjadi 10,53 juta ton gabah kering giling (GKG).

Menurut Debora, peningkatan ini merupakan hasil dari perbaikan tata kelola lahan dan dukungan cuaca yang relatif bersahabat sepanjang tahun. “Hasil amatan kami menunjukkan produktivitas petani meningkat di berbagai wilayah sentra produksi, khususnya di daerah Madiun, Lamongan, dan Banyuwangi. Data ini masih bersifat sementara dan akan dimutakhirkan pada rilis selanjutnya." jelasnya.

Ia menambahkan, peningkatan produksi padi diharapkan dapat terus berlanjut seiring dengan optimalisasi lahan, dukungan teknologi, serta kondisi cuaca yang mendukung. (byu/hjr)

close
Pasang Iklan Disini