BERKAH News24 - Metode pendidikan inovatif diterapkan oleh para guru di Sekolah Rakyat (SR) Terintegrasi 7 Kota Probolinggo. Tujuannya, agar peserta didik memahami materi secara menyeluruh dalam proses belajar mengajar. Salah satu metode unik yang digunakan adalah bermain peran (role play), khususnya dalam mata pelajaran sejarah.
Guru Sejarah Sekolah Rakyat Terintegrasi 7 Kota Probolinggo, Iqbal Hastri Firmandani, menjelaskan bahwa ia sering meminta siswanya untuk memerankan tokoh-tokoh sejarah seperti Raja Brawijaya.
“Mereka tidak hanya sekadar membaca atau merangkum materi, tapi benar-benar merasakan menjadi tokoh sejarah itu. Misalnya, mereka harus memanggil raja dengan sebutan yang mulia, bukan Rek,” ujar Iqbal di Sekolah Rakyat Terintegrasi 7 Kota Probolinggo, Rabu (15/10/2025).
Menurut Iqbal, pendekatan ini membuat siswa lebih tertarik mempelajari sejarah. Ia juga melibatkan bahasa daerah seperti Jawa kasar dan Madura saat membahas peristiwa penting, seperti Pertempuran 10 November di Surabaya.
“Anak-anak jadi lebih memahami konteks budaya dan bahasa lokal dari setiap peristiwa sejarah,” tambahnya.
Iqbal menuturkan, pihak sekolah memberikan dukungan penuh terhadap metode pembelajaran kreatif yang diajukan guru.
“Sekolah Rakyat sangat terbuka dengan ide-ide baru dari para guru. Jika kami mengajukan metode atau kegiatan pembelajaran, pihak sekolah langsung mendukung,” ujarnya.
Sebagai bagian dari pendekatan kontekstual, Iqbal juga mengajak siswa keluar kelas untuk mengenal langsung lokasi-lokasi bersejarah di sekitar mereka.
“Anak-anak jadi tahu bahwa sejarah itu nyata dan dekat dengan kehidupan mereka,” katanya.
Iqbal menilai, dampak dari metode tersebut tidak hanya terlihat dari peningkatan nilai akademik, tetapi juga dari sisi psikologis siswa. Mereka menjadi lebih antusias dan senang mengikuti pelajaran.
Selain itu, ia menekankan pentingnya mengenal bahasa dan budaya daerah lain agar siswa bisa beradaptasi di luar wilayah asal mereka.
“Indonesia ini terdiri dari banyak suku dan bahasa. Anak-anak harus tahu bahwa perbedaan itu bukan penghalang, tapi kekayaan. Saya ingin mereka tidak membawa sentimen SARA ke dalam pergaulan mereka,” tuturnya.
Terkait metode pembelajaran, Iqbal menyebut bahwa Sekolah Rakyat tetap menggunakan kurikulum nasional, namun pendekatan dan teknik pengajaran disesuaikan dengan karakter masing-masing siswa. “Bukan siswa yang harus menyesuaikan guru, tapi guru yang menyesuaikan diri dengan siswa,” tegasnya.
Ia juga menambahkan bahwa pembelajaran sejarah yang efektif perlu dimulai dari sejarah lokal.
“Kalau mereka hanya tahu sejarah nasional tanpa mengenal sejarah lokal, itu akan menumbuhkan sikap meremehkan budaya sendiri,” katanya.
Motivasi Iqbal menjadi guru di Sekolah Rakyat berangkat dari pengalaman pribadinya yang pernah mengalami kesulitan dalam menempuh pendidikan.
“Saya ingin membagikan pengalaman saya agar siswa saya tidak mengalami hal yang sama,” ungkapnya.
Iqbal juga mengapresiasi program Sekolah Rakyat yang digagas pemerintah sebagai bentuk pemerataan akses pendidikan.
“Dulu banyak teman saya ingin sekolah, tapi tidak punya biaya. Sekarang, melalui Sekolah Rakyat, anak-anak bisa belajar tanpa memikirkan biaya,” ujarnya.
Sebagai tenaga pendidik, Iqbal berupaya memberi motivasi kepada siswanya dengan menceritakan kisah masa lalunya dan pengalaman teman-temannya. Tujuannya agar siswa memiliki dorongan untuk terus belajar dan tidak mudah menyerah.
Meski baru satu setengah tahun menjadi guru, Iqbal telah memahami tantangan utama dalam dunia pendidikan.
“Tantangan terbesar adalah membangkitkan motivasi belajar siswa. Tugas pertama kami sebagai guru adalah menumbuhkan semangat mereka terlebih dahulu, baru kemudian masuk ke materi pelajaran,” jelasnya.