Ticker

10/recent/ticker-posts

Ad Code

Klik Disini

Waspada Flu Burung, Jatim Aktif Lakukan Surveillance

BERKAH News24 - Kepala Dinas Peternakan Provinsi Jawa Timur, Indyah Aryani, menegaskan bahwa upaya menjaga kesehatan hewan, terutama unggas, tidak bisa hanya reaktif saat wabah muncul. Pemerintah Provinsi Jawa Timur sudah sejak lama menerapkan langkah-langkah antisipatif, terutama melalui surveillance penyakit hewan menular strategis (PHMS) yang dilakukan secara rutin dan sistematis.

“Surveillance ini bukan kerja sekali, tapi terus-menerus. Ini bagian dari sistem peringatan dini (early warning system) yang kita bangun supaya penyakit bisa kita deteksi sebelum meledak jadi wabah,” ujarnya saat ditemui di Surabaya, Senin (19/5/2025).

Dinas Peternakan Provinsi Jawa Timur fokus melakukan pemantauan pada dua penyakit utama yang kerap menyerang unggas, yakni Avian Influenza (AI) dan Salmonella Pullorum. Dua penyakit ini dinilai cukup strategis karena berpotensi menimbulkan kerugian besar, baik dari sisi produksi peternakan maupun dampaknya terhadap kesehatan masyarakat dan keamanan pangan.

“Tahun 2024 lalu, kami masih temukan kasus Avian Influenza, tapi hanya pada peternakan rakyat, dan itu tersebar di tujuh kabupaten. Total kasusnya 2.152 ekor,” terang Indyah. Ia memastikan bahwa sampai saat ini, tidak ada satu pun laporan kasus Avian Influenza yang ditemukan pada unit-unit breeding farm unggas di Jawa Timur.

Ini penting, kata Indyah, karena unit breeding farm adalah hulu produksi unggas. Jika titik hulunya bersih, maka rantai produksi bisa lebih aman. Untuk memastikan kondisi tersebut, Pemprov Jatim juga telah melakukan uji berkala terhadap penyakit Salmonella Pullorum di semua unit breeding farm. “Kita lakukan pengujian dua kali setahun. Hasilnya pada 2024, semua unit breeding farm di Jatim sudah mendapatkan sertifikat bebas Pullorum,” jelasnya.

Lebih jauh, Indyah juga mengungkapkan bahwa dalam penanganan penyakit Avian Influenza, Jawa Timur telah menerapkan pendekatan lintas sektor berbasis One Health, yaitu pendekatan yang mempertemukan aspek manusia, hewan, dan lingkungan. Salah satu langkah nyatanya adalah melalui kegiatan Joint Risk Assessment (JRA) atau Penilaian Risiko Bersama.

“JRA ini bukan cuma formalitas. Ini penting untuk memahami risiko secara utuh di semua titik, dari kandang, pasar, hingga lingkungan sekitar. Semua leading sektor duduk bersama: dari kesehatan manusia, kesehatan hewan, sampai pengelola lingkungan,” ujarnya.

Menurutnya, JRA membantu membangun pemahaman yang sama lintas sektor dan sekaligus menyadari keterbatasan masing-masing. “Kita jadi tahu, sektor mana yang bisa ambil tindakan cepat, dan sektor mana yang perlu dukungan. Itu penting untuk penanganan efektif dan terkoordinasi,” tambahnya.

Indyah menyebut bahwa selama ini kolaborasi antara dinas peternakan, dinas kesehatan, dan pihak lainnya sudah cukup baik. Namun ia juga menegaskan pentingnya komitmen jangka panjang dari semua pihak. “Karena penyakit tidak mengenal batas administrasi. Hari ini di kandang rakyat, besok bisa ke pasar, lusa bisa ke kota,” terangnya.

Ia pun mengajak semua peternak rakyat untuk tidak lengah. Deteksi dini, pelaporan cepat, dan penerapan biosekuriti harus terus ditingkatkan. "Kalau peternakan rakyat ini bisa makin disiplin, saya yakin kasus akan terus menurun dan bisa ditekan semaksimal mungkin," tutup Indyah. (jal/s)

close
Pasang Iklan Disini