BERKAH News24 - Memasuki usia ke-80 tahun, Jawa Timur semakin menegaskan perannya sebagai motor penggerak ekonomi nasional. Dengan tema “Jatim Tangguh, Terus Bertumbuh,” provinsi ini terus memperkuat sektor industri pengolahan dan perdagangan yang menjadi tulang punggung perekonomian daerah.
Kepala Bidang Pengembangan Perdagangan Dalam Negeri Dinas Perindustrian dan Perdagangan (Disperindag) Jatim, Yudi Arianto, mengungkapkan bahwa kontribusi Jawa Timur terhadap ekonomi Pulau Jawa mencapai 25 persen. Dari angka itu, sektor industri pengolahan menyumbang 31,10 persen, disusul perdagangan 18,20 persen, dan pertanian 11,5 persen.
“Jawa Timur ini provinsi dengan kontribusi ekonomi terbesar di Pulau Jawa. Pertumbuhan ekonomi pada triwulan II 2025 mencapai 5,25 persen, lebih tinggi dari rata-rata nasional,” ujar Yudi dalam program Wawasan Merawat Bumi Majapahit di Radio Suara Surabaya, Senin (20/10/2025).
Ia menjelaskan, perdagangan menjadi sektor penghubung penting antara industri dan produksi daerah. Salah satu strategi yang memperkuat peran itu adalah misi dagang antardaerah yang diinisiasi oleh Gubernur Khofifah Indar Parawansa. Program ini bukan sekadar ajang transaksi, tetapi juga mendorong sinergi lintas sektor.
Dalam satu dekade terakhir, industri makanan dan minuman menjadi sektor andalan yang menggerakkan roda ekonomi Jatim. Pertumbuhan sektor ini turut memacu perkembangan sektor pertanian, logistik, hingga distribusi. “Kalau industri tumbuh, perdagangan ikut tumbuh. Dampaknya merembet ke banyak sektor,” tutur Yudi.
Keberhasilan Jatim juga tercermin dari neraca perdagangan yang terus surplus sejak 2019. Setelah sempat melambat akibat pandemi Covid-19, tren ekspor-impor kembali menanjak tajam. Pada 2024, surplus perdagangan mencapai Rp187 triliun, dan hingga semester pertama 2025 sudah menembus Rp120,65 triliun.
Yudi menegaskan, capaian itu bukan hanya hasil kerja sektor besar, tetapi juga kontribusi industri kecil dan menengah (IKM) yang menjadi bagian penting dalam ekosistem ekonomi Jatim. “Ini akumulasi dari semua kategori industri. Dampaknya positif terhadap kinerja perusahaan dan kesejahteraan masyarakat,” tegasnya.
Di sisi lain, Kepala UPT Pelatihan Dinas Koperasi dan UKM Jatim, Erwin Indra Widjaja, menyoroti pentingnya misi dagang sebagai wadah pemberdayaan UMKM. Ia menekankan, pelaku usaha dari 38 kabupaten/kota di Jatim harus mendapat kesempatan yang sama untuk berpartisipasi.
Diskop UKM Jatim pun terus memperkuat kapasitas pelaku usaha melalui pelatihan berjenjang dari tingkat dasar hingga mahir, agar UMKM bisa naik kelas dan bersaing di pasar lebih luas. “Tidak semua bisa langsung go global, tapi kalau tidak ada yang melatih mereka, siapa lagi?” ujar Erwin.
Ia berharap, sinergi antara sektor industri, perdagangan, dan UMKM terus diperkuat agar manfaat pembangunan ekonomi Jatim terasa hingga ke akar rumput. “Yang penting, pelatihan dan misi dagang ini berdampak langsung ke pelaku UMKM, supaya mereka tumbuh bersama industri dan perdagangan Jawa Timur,” pungkasnya. (mad/hjr)