BERKAH News24 - Gubernur Jawa Timur, Khofifah Indar Parawansa menghadiri upacara Hari Juang Polri yang dipimpin Kapolri, Jenderal Listyo Sigit Prabowo di Monumen Perjuangan Polri, Surabaya, Kamis (21/8/2025).
Upacara ini diikuti 977 personel dan dihadiri sejumlah pejabat utama Mabes Polri, antara lain Kabaharkam Polri Irjen Karyoto, Kalemdiklat Polri Komjen Chryshnanda Dwilaksana, Dankorbrimob Komjen Imam Widodo, AS SDM Kapolri Irjen Anwar, Kadivpropam Irjen Abdul Karim, Kadivhumas Irjen Sandi Nugroho, Kakorlantas Irjen Agus Suryonugroho, hingga Kapusjarah Polri.
Hadir pula para mantan Kapolri seperti Jenderal (Purn) KPH Roesdihardjo, Jenderal (Purn) S. Bimantoro, dan Jenderal (Purn) Sutarman. Dari unsur Forkopimda Jawa Timur, tampak Gubernur Khofifah Indar Parawansa, Pangdam V/Brawijaya Mayjen TNI Rudy Saladin, Kapolda Jatim Irjen Nanang Avianto, Ketua DPRD Jatim Kusnadi, Pangkoarmada II Laksda TNI GP Alit Jaya, serta Wakajati Hari Wibowo. Keluarga besar almarhum Moehammad Jasin dan Moekari juga turut hadir bersama veteran penerima penghargaan Seroja Timor Timur.
Usai upacara, Jenderal Sigit menyerahkan santunan kepada veteran Polri, keluarga M Jasin, serta putri Moekari yang pernah menjadi ajudan M Jasin. Dalam kesempatan itu, Kapolri juga meresmikan patung M Jasin sebagai bentuk penghormatan kepada tokoh yang dikenal sebagai Bapak Brimob.
Sejarah Singkat Hari Juang Polri
Hari Juang Polri diperingati setiap 21 Agustus, merujuk pada peristiwa tahun 1945 ketika Inspektur Polisi Kelas I Moehammad Jasin membacakan Proklamasi Polisi di halaman Markas Polisi Istimewa Surabaya. Ikrar itu menegaskan kesetiaan Polisi Istimewa kepada Republik Indonesia yang baru berdiri, sekaligus menandai lahirnya Polisi Republik Indonesia.
Isi proklamasi tersebut berbunyi: “Oentoek bersatoe dengan rakjat dalam perdjoeangan mempertahankan Proklamasi 17 Agoestoes 1945 dengan ini menjatakan Poelisi sebagai Poelisi Repoeblik Indonesia.”
Setelah ikrar itu, Jasin dan anggota Polisi Istimewa menggelar pawai siaga, melakukan pelucutan senjata tentara Jepang, dan membagikan senjata kepada para pejuang. Langkah tersebut menjadi modal utama dalam mempertahankan kemerdekaan.
Peristiwa bersejarah di Surabaya ini berpengaruh besar terhadap perlawanan rakyat di berbagai daerah, seperti Aceh, Sumut, Sumbar, Sulawesi, Jambi, Palembang, Jakarta, Jawa Barat, dan Yogyakarta. Semangat juang polisi juga tercermin dalam berbagai momentum perjuangan, mulai dari Hari Pahlawan 10 November 1945, Pertempuran Lima Hari di Semarang, Bandung Lautan Api, hingga Serangan Umum 1 Maret 1949. (hjr)