BERKAH News24 - Rumah sederhana di sudut kota Ponorogo itu kini menjadi saksi dari perjalanan luar biasa seorang pemuda bernama Avan Ferdiansyah Hilmi. Tak kurang dari 100 piala prestasi berjejer rapi di ruang tamunya, bukan hasil jualan, melainkan simbol ketekunan, keberanian, dan harapan yang terus menyala di tengah keterbatasan.
Di balik pencapaiannya yang luar biasa sebagai siswa berprestasi SMA Negeri 1 Ponorogo, Avan justru tumbuh dari latar belakang keluarga sederhana. Ayah dan ibunya, Eko Yudianto dan Ummi Latifah, sehari-hari berdagang es keliling di sekitar sekolah. Namun hal itu tak menghalangi Avan untuk menorehkan jejak prestasi dari tingkat daerah hingga nasional, dan kini diterima di Institut Teknologi Bandung (ITB), jurusan Ilmu dan Teknologi Kebumian, melalui jalur SNBP.
“Saya tidak ingin menjadikan keterbatasan ekonomi sebagai alasan untuk berhenti bermimpi. Justru itu jadi bahan bakar saya untuk berjuang lebih keras,” ujar Avan, dalam keterangan tertulis, Rabu (16/7/2025).
Minat Avan pada dunia kompetisi akademik dimulai sejak kelas 2 SD. Namun jalan menuju prestasi tidak mulus. Ia sering gagal di tahap awal, bahkan berkali-kali hanya sampai tingkat kabupaten atau provinsi. Namun tekad dan konsistensinya tidak pernah pudar.
“Saya belajar dari kegagalan. Saya tahu, prestasi itu bukan soal instan. Harus jatuh bangun dulu,” kenangnya.
Puncaknya, saat SMA, Avan berhasil mencapai tingkat nasional Olimpiade Sains Nasional (OSN) di bidang kebumian — bidang yang akhirnya membawanya ke ITB.
Hingga kini, Avan telah mengumpulkan sekitar 100 prestasi, sebagian besar dari bidang IPA dan riset. Namun yang lebih penting, ia menunjukkan bahwa prestasi adalah karakter, bukan sekadar hasil akhir.
Tak hanya di OSN, Avan juga aktif mengikuti Olimpiade Penelitian Siswa Indonesia (OPSI) dan mengapresiasi kehadiran Sistem Informasi Manajemen Talenta (SIMT) yang memudahkan pendataan prestasi di tingkat nasional.
“SIMT sangat membantu. Prestasi jadi terdokumentasi rapi dan diakui secara nasional. Ini motivasi besar buat kami yang berjuang dari daerah,” tutur Avan.
Avan juga menanamkan pola hidup yang sehat dan disiplin, sesuai "Tujuh Kebiasaan Anak Indonesia Hebat". Mulai dari bangun pagi sebelum matahari terbit, sarapan bergizi, belajar mandiri, hingga tidur tepat waktu—semua dijalani dengan kesadaran penuh.
“Saya percaya, keberhasilan akademik harus ditopang gaya hidup yang seimbang. Mental dan fisik harus dijaga sama-sama,” jelasnya.
Di balik setiap langkah Avan, ada peran besar dari orang tua dan guru. Orang tuanya yang bekerja keras tetap selalu hadir memberi semangat. Sementara guru-gurunya di SMA Negeri 1 Ponorogo tak henti membimbing dan memberi ruang eksplorasi.
“Saya sangat berterima kasih kepada semua guru saya, dari SD hingga SMA. Mereka bukan hanya mengajar, tapi juga membimbing karakter saya,” ucapnya.
Capaian Avan bukan hanya kebanggaan pribadi, tapi juga cerminan bahwa prestasi bisa lahir dari mana saja, termasuk dari keluarga sederhana di pelosok daerah. Ia kini membawa harapan besar untuk menyelesaikan kuliah di ITB, menjadi peneliti, dan memberi kontribusi nyata untuk bangsa.
“Saya ingin orang tua saya bangga, dan saya ingin membuktikan bahwa anak dari pedagang keliling juga bisa kuliah di kampus terbaik di Indonesia,” kata Avan.
“Jangan pernah takut gagal atau mencoba hal baru. Di situlah kita menemukan potensi terbaik kita. Jangan lelah bermimpi, karena mimpi itu yang menggerakkan langkah kita,” pungkas Avan.(infopublik.id)