BERKAH News24 - Ketua Dewan Kerajinan Nasional Daerah (Dekranasda) Kabupaten Lumajang, Dewi Natalia Yudha Adji Kusuma, menyatakan bahwa Pameran Batik Lumajang 2025 merupakan simbol identitas budaya yang sarat dengan nilai filosofis dan estetika lokal.
Pernyataan tersebut disampaikannya saat membuka Pameran
Batik Lumajang 2025 dalam rangka peringatan
Hari Batik Nasional di Pendopo Arya Wiraraja, Kabupaten Lumajang, Kamis
(2/10/2025) kemarin.
Pameran ini menampilkan beragam motif khas Lumajang yang
terinspirasi dari kekayaan alam dan budaya lokal, seperti Gunung Semeru,
hamparan pasir, Pisang Agung, kesenian Jaran Kencak, hingga Tari Topeng
Kaliwungu.
“Batik Lumajang bukan sekadar wastra. Setiap motif
menyimpan cerita, filosofi, dan nilai-nilai kehidupan masyarakat kami. Ia
adalah cerminan jati diri dan kebanggaan daerah,” ujar Dewi Natalia.
Ia menambahkan bahwa pameran ini menjadi momentum
strategis untuk meneguhkan batik Lumajang sebagai warisan budaya yang wajib
dijaga dan diwariskan lintas generasi. Memahami setiap motif batik dinilai
sebagai bagian dari upaya menjaga identitas kultural daerah.
“Melalui batik, kita dapat memahami filosofi kehidupan,
harmoni dengan alam, dan semangat kolektif masyarakat Lumajang. Generasi muda
perlu mengenal dan mencintai batik sebagai bagian dari akar budaya mereka,”
lanjutnya.
Pameran ini juga menunjukkan komitmen Kabupaten Lumajang
untuk berperan aktif dalam gerakan nasional pelestarian batik, yang telah
diakui UNESCO sebagai warisan budaya dunia takbenda.
“Batik adalah warisan bangsa. Dengan merawatnya, kita
menjaga keberlanjutan nilai budaya yang membentuk karakter dan identitas masyarakat,”
tegasnya.
Dengan semangat Hari Batik Nasional, Dewi Natalia
menyatakan bahwa batik Lumajang akan terus menjadi ikon identitas daerah dan
kebanggaan masyarakat, sekaligus pengingat akan kekayaan budaya yang harus
dijaga dan diwariskan kepada generasi mendatang.
“Setiap helai batik yang dipamerkan adalah simbol harmoni
antara alam dan budaya. Ia mengajarkan kita untuk menghargai sejarah, estetika,
dan kearifan lokal. Tugas kita bersama adalah melestarikannya agar tetap hidup
di tengah arus modernisasi,” pungkasnya.