BERKAH News24 - Suara nyaring burung Manyar Jambul (Ploceus manyar) pecah di antara deru mesin dan kepanikan di Terminal Ketapang, Banyuwangi, pada hari Minggu (18/5/2025) lalu. Upaya penyelundupan satwa liar dari Bali menuju Probolinggo berhasil digagalkan oleh petugas Karantina Satpel Ketapang. Dalam operasi tersebut, ditemukan 168 ekor burung manyar yang dijejalkan ke dalam lima keranjang buah — wadah sempit dan minim ventilasi yang sama sekali tidak layak untuk pengangkutan satwa hidup.
Kepala BBKSDA Jatim, Nur Patria Kurniawan, melalui siaran tertulisnya, Selasa (20/5/2025) mengapresiasi langkah nyata yang telah dilakukan oleh Tim respons cepat Matawali. Satwa-satwa kecil ini bukan sedang bermigrasi karena naluri alam, melainkan dipaksa melintasi pulau oleh tangan-tangan manusia demi kepentingan ekonomi. Enam ekor ditemukan mati karena stres dan kekurangan oksigen. Sementara 162 ekor lainnya masih hidup, meskipun dalam kondisi tertekan dan rentan.
Tim respons cepat Matawali dari Resort Konservasi Wilayah (RKW) 13 Banyuwangi–Situbondo–Bondowoso, Balai Besar KSDA Jawa Timur, segera melakukan penanganan. Hasil identifikasi menunjukkan bahwa burung Manyar Jambul belum termasuk dalam daftar satwa dilindungi. Namun, status hukum bukan satu-satunya ukuran penderitaan makhluk hidup.
“Ini bukan soal dilindungi atau tidak, ini soal etika memperlakukan kehidupan,” ujar salah satu petugas yang terlibat dalam penanganan kasus tersebut.
Sebagai langkah penanggulangan, BBKSDA Jawa Timur bersama BKHIT Jatim Satpel Ketapang memutuskan untuk menolak masuknya burung-burung tersebut ke Jawa Timur. Mereka kemudian dikembalikan ke Bali untuk menjalani proses rehabilitasi dan pelepasliaran ke habitat asal.
Kasus ini menjadi potret nyata bagaimana eksploitasi terhadap satwa liar terus berlangsung, kerap tersembunyi di balik kemasan pengangkutan logistik biasa. Di era kemajuan teknologi dan keterhubungan transportasi yang serba cepat, praktik penyelundupan satwa justru semakin memanfaatkan celah dan menyamarkan kekejaman di balik kesibukan harian.
Penyelundupan 168 burung ini bukan hanya menggambarkan ancaman terhadap kelestarian satwa liar, tetapi juga menggugah kesadaran bahwa eksploitasi alam tak pernah kehilangan jalannya, selama manusia menutup mata atas nilai kehidupan yang tak bersuara. (jal/s)