Ticker

10/recent/ticker-posts

Ad Code

Klik Disini

Guru di Puger dan Gumukmas Jember Rutin Selipkan Materi Kebencanaan

BERKAH News24 - Pasca orientasi Satuan Pendidikan Aman Bencana (SPAB) dua pekan lalu, para guru di Kecamatan Puger dan Gumukmas, Jember, Jawa Timur, mulai serentak menyelipkan 5 hingga 10 menit materi kebencanaan dalam kepada siswa di dalam kelas.

”Implementasi pengenalan bencana kepada siswa kami serahkan kepada bapak ibu guru. Hanya butuh sekitar 5 sampai 10 menit bebas berinovasi di antara jam pelajaran,” kata Koordinator SCR Project PMI Jember, Weni Catur dalam laman Palang Merah Indonesia Provinsi Jawa Timur, Jumat (23/5/2025). 

Guru yang dimaksud pada 11 sekolah yang ditunjuk menjadi pilot project School and Community Resilience (SCR) Project Japanese Red Cross Society bersama Palang Merah Indonesia. Di antaranya, SMPN 1 Puger, SDN Puger Kulon 01, SMPN 3 Puger, SDN Puger Wetan 01, SMPN 1 Gumukmas dan beberapa lainya.

Implementasi 5 hingga 10 menit belajar bencana di kelas per hari, dilakukan secara tematik, sesuai mata pelajaran yang diajarkan. Seperti yang dilakukan Ulfiah, guru SMPN 1 Puger. Di kelas 8C sekolah tersebut Ulfiah mengajar fisika. Di pojok bahasan Gempa Bumi, Ulfiah menyelipkan bencana gempa bumi dan cara penyelamatannya. Siswa juga diajak bernyanyi riang yang liriknya bimbingan Kesiapsiagaan Bencana.

Di kelas lain, SMPN 1 Puger, Qoriatul Nurjanah, guru keterampilan tiba-tiba di papan tulis menggambar ilustrasi sebuah tas, dan spontan gambar tas tersebut dilengkapi penjelasan isinya berupa perlengkapan kesiapsiagaan. Tak lama kemudian, siswa di kelas tersebut terdengar nyanyi bersama tentang Kesiapsiagaan terhadap Gempa.

Tak jauh dari situ, tepatnya di SDN Puger Kulon 01, para guru di kelas 4 dan 5 terlihat memanfaatkan 5-10 menit waktu menyelipkan pelajaran bencana. Endri, guru di kelas 5 B, Kamis siang menjelaskan pelajaran IPA di sesi akhir, tiba-tiba mengajak anak anak sembunyi di bawah meja dan lari keluar.

”Kebetulan pelajaran IPA, pokok bahasan terkait dengan bumi. Di akhir pelajaran, dikenalkan tentang gempa dan tips penyelematannya,” kata Anggota KSR PMI Jember, Amel. 

Berbeda dengan di SMP dan SD, 10 menit kenal bencana di Madrasah Tsanawiyah Miftahul Ulum Desa Kepanjen, Kecamatan Gumukmas, Jember diselipkan guru ketika pelajaran Tajwid dan Nahwu sharaf.

Staf Japanese Red Cross Society untuk Indonesia, Yana Maulana melalui ponselnya menjelaskan menyelipkan 5 sampai 10 menit pelajaran kebencanaan kepada siswa di kelas, merupakan metode inovatif yang sedang dikembangkan pada Satuan Pendidikan Aman Bencana (SPAB) di sekolah. Ini untuk menyiasati agar porsi pengetahuan kebencanaan tersampaikan kepada siswa.

Sangat tidak mungkin disediakan dalam porsi satu dua jam penuh, karena belum ada kurikulum resmi kebencanaan dari kementrian pendidikan.

”Selipkan waktu 5-10 menit pengenalan bencana tu metode inovatif kami, karena belum ada kurikulumnya. Bisa sehari sekali tergantung gurunya. Kalau di Jepang satu bulan sekali pelajaran kebencanaan diberikan, durasi belajar mengajarnya bisa 1-2 jam,” kata Yana Maulana. (idc/s)

close
Pasang Iklan Disini